Sulutplus.news – Kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan, terus menjadi sorotan publik.
Polda Metro Jaya kini menyelidiki dugaan perubahan arah kamera pengawas (CCTV) di area tempat tinggal korban, yang memunculkan pertanyaan besar tentang kronologi kejadian.
Dua Rekaman CCTV, Satu Lokasi, Sudut Berbeda
Isu ini mencuat setelah beredar dua rekaman CCTV dari lokasi yang sama namun dengan sudut pengambilan berbeda.
Rekaman pertama memperlihatkan penjaga kos berusaha membuka jendela dan pintu kamar korban secara paksa. Dalam video tersebut, pintu dan jendela terekam dengan jelas.
Sebaliknya, rekaman kedua yang diambil malam sebelum kejadian hanya menampilkan aktivitas keluar-masuk Arya dari kamarnya.
Anehnya, pintu dan jendela yang sebelumnya terlihat tidak tampak dalam sorotan kamera. Perbedaan ini memicu dugaan bahwa arah CCTV telah bergeser, baik secara sengaja maupun tidak.
Langkah Investigatif Polda Metro Jaya
Menanggapi spekulasi publik, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, menyatakan bahwa pihaknya akan memastikan dugaan pergeseran kamera tersebut melalui penyelidikan menyeluruh.
Ia menegaskan bahwa semua alat bukti, termasuk rekaman digital dan hasil laboratorium, akan dianalisis secara komprehensif untuk mengungkap fakta yang tak terbantahkan.
Penyelidikan ini mengedepankan pendekatan scientific crime investigation, yang melibatkan berbagai ahli dari bidang forensik, laboratorium kriminal, dan digital forensik.
Tujuannya adalah membangun kronologi kejadian secara utuh dan akurat.
Kronologi Penemuan Jasad Arya Daru
Jasad Arya Daru Pangayunan ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di sebuah kamar indekos yang terletak di kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa pagi, 8 Juli 2025.
Tubuhnya terbaring di atas kasur, dengan kepala dililit lakban dan tubuh tertutup selimut4. Penjaga kos yang membuka kamar atas permintaan istri korban menemukan jasadnya sekitar pukul 08.30 WIB.
Meski kondisi jasad mengundang kecurigaan, hasil pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan fisik.
Barang-barang pribadi korban juga ditemukan lengkap, sehingga dugaan perampokan sementara disingkirkan.
Peran Kunci Istri dan Komunikasi Sebelum Kejadian
Fakta menarik lainnya adalah komunikasi intens antara istri Arya dan penjaga kos. Tercatat, istri korban menghubungi penjaga kos sebanyak tiga kali sejak malam sebelum kejadian, meminta agar kamar suaminya diperiksa karena tidak bisa dihubungi.
Dalam rekaman CCTV, terlihat penjaga indekos beberapa kali berjalan bolak-balik di depan kamar tempat korban berada, dan pada satu momen, ia tampak mencoba melihat ke dalam melalui celah di pintu.
Informasi ini menjadi bagian penting dalam penyusunan kronologi dan analisis motif, termasuk kemungkinan adanya intervensi pihak ketiga.
Pemeriksaan Medis dan Digital Masih Berlangsung
Penyelidik saat ini masih menunggu hasil autopsi lengkap, termasuk pemeriksaan toksikologi dan patologi. Selain itu, perangkat digital milik Arya seperti ponsel dan laptop juga sedang dianalisis untuk melacak aktivitas terakhirnya3.
Di sisi lain, informasi dari pihak keluarga mengungkap bahwa Arya memiliki kondisi kesehatan tertentu, yakni riwayat penyakit GERD serta kadar kolesterol yang tinggi.
Meski belum dapat disimpulkan sebagai penyebab kematian, informasi ini tetap menjadi bagian dari analisis medis yang sedang berlangsung.
Spekulasi Publik dan Harapan Transparansi
Kasus ini menyedot perhatian luas, terutama karena Arya merupakan diplomat muda yang aktif di Kemlu RI.
Publik berharap agar penyelidikan dilakukan secara transparan dan profesional. Tagar #JusticeforDaru mulai digaungkan oleh rekan-rekan Arya sebagai bentuk dukungan terhadap pengungkapan kebenaran.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto, menyatakan bahwa pihaknya menargetkan penyelidikan rampung dalam waktu satu minggu.
Ia menegaskan bahwa semua bukti akan dipelajari secara mendalam sebelum kesimpulan akhir diumumkan.***






