BeritaBerita Ekbis

Bill Gates hingga Elon Musk Borong Lahan Pertanian, Ada Apa Sebenarnya?

×

Bill Gates hingga Elon Musk Borong Lahan Pertanian, Ada Apa Sebenarnya?

Sebarkan artikel ini
Bill Gates Jadi Juragan Lahan Pertanian 169
Ilustrasi Bill Gates juragan lahan pertanian di AS. Foto: Gizchina

SULUT PLUS – Di tengah ledakan investasi di kecerdasan buatan (AI), para miliarder teknologi ternyata tak hanya berlomba di dunia digital. Bill Gates, Jeff Bezos, dan beberapa nama besar lain kini terlihat mengalihkan bagian portofolio mereka ke lahan pertanian , aset yang selama ini dianggap “kuno” namun kini kembali dilirik sebagai pelindung nilai, sumber inovasi pangan, dan strategi geopolitik. Apa motif sebenarnya dan bagaimana dampaknya terhadap petani kecil serta ketahanan pangan global?

Bill Gates tercatat sebagai salah satu pemilik lahan pertanian swasta terbesar di AS; Jeff Bezos juga memiliki ratusan ribu acre. Alasan investasi: return stabil dari farmland, peluang R&D agri-tech, dan kebutuhan sistem pangan yang lebih tahan iklim. Namun ada risiko serius, konsentrasi kepemilikan lahan dapat mendorong naiknya harga tanah, mengganggu akses petani kecil, dan memunculkan dilema kedaulatan pangan. The Land ReportInvestopedia


1) Fakta cepat: siapa, berapa, dan peran teknologi

  • Bill Gates melalui kendaraan investasinya berada di puncak daftar pemilik lahan pertanian swasta di AS, dengan ratusan ribu acre yang tercatat dalam penelitian peta kepemilikan lahan. Ini menjadikan dirinya salah satu pemilik farmland terbesar di negara itu. The Land Report

  • Jeff Bezos juga tercatat memiliki ratusan ribu acre, termasuk lahan besar di Texas yang dikenal sebagai “Corn Ranch”, aset yang dipakai untuk berbagai kegiatan termasuk juga eksperimen luar angkasa dan ranching. Investopedia

  • Elon Musk belum tercatat sebagai pembeli farmland dalam skala serupa; perannya lebih kuat lewat teknologi (mis. Starlink) yang menghubungkan area rural dan membuka pintu adopsi precision agriculture. Starlink dan kolaborasi dengan produsen alat pertanian mempercepat digitalisasi sektor ini. Investors.com


2) Mengapa lahan pertanian jadi incaran kapital besar?

Ada tiga motiv utama:

  1. Aset dengan return dan stabilita,  penelitian industri menunjukkan bahwa farmland memberikan return historis menarik (periode contoh: 1992–2020 tercatat angka rata-rata signifikan dibanding kelas aset lain), plus volatilitas lebih rendah. Ini membuat farmland menjadi penyimpan nilai yang menarik bagi dana besar. AgFunderNews

  2. Investasi dalam solusi krisis, perubahan iklim, gangguan rantai pasokan, dan kebutuhan ketahanan pangan mendorong alokasi modal ke riset benih tahan iklim, pertanian regeneratif, dan teknologi pertanian canggih.

  3. Strategi jangka panjang & geopolitik, lahan adalah sumber daya strategis: kontrol atas pasokan pangan, potensi penyimpanan karbon, dan posisi tawar di rantai nilai pangan global.


3) Potensi manfaat (kalau dikelola benar)

  • Pendanaan R&D besar mempercepat inovasi: benih unggul, automasi, agrivoltaics (kombinasi panel surya & pertanian), dan sistem irigasi hemat air.

  • Digitalisasi pertanian (konektivitas satelit + sensor) meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan hasil panen. Investors.com

  • Skala memungkinkan uji praktek regeneratif secara terukur: pemulihan tanah, sekuester karbon, dan praktik agroforestry.


4) Risiko nyata yang harus diwaspadai

  • Konsentrasi kepemilikan → land squeeze. Laporan internasional menyebut fenomena “land squeeze”: harga tanah melambung dan akses lahan bagi petani kecil makin tertekan. Jika tren ini berlanjut, kedaulatan pangan lokal bisa terancam. ipes-food.org

  • Komersialisasi berlebih berpotensi mendorong monokultur dan ketergantungan pada input korporasi (benih berpaten, pupuk tertentu).

  • Ketimpangan ekonomi & sosial: komunitas rural yang kehilangan akses lahan menghadapi hilangnya mata pencaharian dan tradisi pangan lokal.


5) Jalan tengah: bagaimana memastikan modal besar jadi solusi, bukan masalah

Pemerintah, regulator, dan masyarakat sipil perlu bertindak cepat:

  1. Transparansi kepemilikan lahan — data kepemilikan publik agar masyarakat tahu siapa yang mengendalikan aset strategis. The Land Report

  2. Aturan anti-konsentrasi & pajak progresif atas akuisisi large-scale untuk meredam spekulasi.

  3. Insentif untuk petani kecil — akses pembiayaan, program warisan lahan, dan skema kemitraan yang adil (mis. long-term leases yang melindungi komunitas lokal).

  4. Syarat investasi berkelanjutan — setiap akuisisi lahan besar harus melalui analisis dampak sosial-lingkungan dan komitmen transfer teknologi ke petani lokal.

  5. Model kemitraan — perusahaan besar dapat mengadopsi model co-ownership, sharecropping modern, atau kontrak kerjasama yang memastikan manfaat ekonomi mengalir ke komunitas lokal.


6) Apa arti semuanya bagi pembaca biasa?

Bukan berarti “miliarder akan mengambil semua makanan kita.” Namun, tanpa kebijakan dan transparansi, investasi besar di lahan dapat mempercepat ketimpangan akses lahan dan mengubah struktur produksi pangan — yang pada akhirnya berdampak ke harga, variasi pangan lokal, dan ketahanan pangan nasional.


Kesimpulan

Aksi miliarder membeli lahan bukan sekadar tren finansial — ini momentum transformasi sektor pangan. Modal besar bisa jadi katalis inovasi yang sangat dibutuhkan, tapi juga berisiko memperkuat konsentrasi dan melemahkan petani kecil. Kuncinya: transparansi, regulasi, dan model kemitraan yang menempatkan publik dan komunitas lokal sebagai prioritas.

Baca Juga:  Bukan Pertambangan, Sektor Ini Penyumbang Terbesar PDRB Sulut