Berita PolitikBerita Bolmong RayaBerita Sulut

Benarkah Tatong Bara Mundur dari Nasdem Ada Kaitannya dengan Kader di Internal Partai? Berikut Penjelasannya

×

Benarkah Tatong Bara Mundur dari Nasdem Ada Kaitannya dengan Kader di Internal Partai? Berikut Penjelasannya

Sebarkan artikel ini
Tatong Bara
Tatong Bara
Manado, Sulutplus.newsTatong Bara resmi mengundurkan diri sebagai kader Partai NasDem Sulawesi Utara (Sulut) yang diajukan pada Senin, 26 Mei 2025.
Adanya pengunduran mantan Wali Kota Kotamobagu dua periode ini, menuai spekulasi jika ada hubungan dengan kader di internal partai yang dibesarkan Surya Paloh tersebut.
Lantas, benarkah pengunduran Tatong Bara ada kaitannya degnan salah satu kader di internal? Berikut penjelasannya.

Sempat Bersitegang dengan Felly Estelita Runtuwene

Sepertik diketahui, Tatong dan Felly sama-sama mencalonkan diri ke Senayan pada Pileg 2024 kemarin. Keduanya maju di Dapil Sulut yang menyediakan enam kursi untuk DPR RI.
Dari hasil penghitung akhir KPU Sulut, Felly mengumpulkan 52.889 suara, Tatong 51.370. Dengan hasil tersebut, Felly berhak atas satu kursi untuk ke Senayan.
Namun di tengah kegembiraan Partai NasDem kembali meraih kursi untuk DPR RI Dapil Sulut, tersiar kabar kabar jika keanggotaan Calon Anggota Legislatif DPR RI terpilih dari Dapil Sulut, Felly dicabut Mahkamah Partai NasDem melalui keputusan Nomor 8/MPN/DPR-RI/VI/2024 tanggal 14 Juni 2024.
Pencabutan tersebut, setelah adanya dugaan jika Felly telah melakukan kejahtan poltik dengan menggeser perolehan suara Pemilu 2024 di internal NasDem.
Adapun mengadukan hal itu Tatong Bara, yang juga merupakan caleg DPR RI Dapil Sulut melalui Surat Nomor 08/MPN/DPR RI/SULUT/III/2024/jkt tertanggal 12 April 2024.
Persoalan ini pun langsung ditanggapi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem, Hermawi Taslim.
Hermawi menjelaskan bahwa Felly Estelita Runtuwene yang adalah anggota DPR RI periode 2019-2024 yang juga anggota DPR RI terpilih 2024-2029 masih sebagai kader Nasdem.
Kata Hermawi, DPP Nasdem tidak pernah melihat SK putusan Mahkamah Partai Nasdem yang memecat Ketua Komisi IX DPR RI fraksi Nasdem itu.
“Kalau kami sudah baca dan jika itu benar putusan Mahkamah Partai, kami akan rapat dan akan diinformasikan,” tegasnya.
“Intinya, keputusan yang beredar dan sudah viral ada yang cabut KTA dan segala macam, sekadar informasi yang berhak mencabut KTA seseorang di Partai Nasdem adalah DPP Partai Nasdem setelah yang bersangkutan dipanggil, diundang, diklarifikasi, dan pihak tersebut diberi kesempatan bela diri,” ungkap Hermawi.

Tatong Sempat Diisukan Menjadi Calon Wakil Gubernur

Srikandi Bolaang Mongondow Raya (BMR) yang lahir pada 11 Juli 1967 ini, sempat digadang-gadang bakal berpasangan dengan salah satu calon Gubernur dari Partai Gerindra, yakni Yulius Selvanus Komaling atau YSK.
Kabar Tatong bakal mendampingi YSK di Pilgub Sulut ini pun tersebar di seluruh penjuru Sulut. Bahkan baliho kedua sudah ada yang terpasang di beberapa sudut di Kota Kotamobagu.
Tapi di tengah perjalanan, tiba-tiba Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra mengeluarkan formulir B1-KWK yang memasangkan YSK dengan Ketua DPW NasDem Sulut, Victor Mailangkay sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara pada Pilgub 2024.
Keputusan ini pun mengejutkan banyak pihak. Karena sebelum itu, Partai Gerindra telah menerbitkan Rekomendasi untuk memasangkan YSK dan Tatong. Akibatnya, Tatong pun batal berlabu di kontestasi Pilgub Sulut.

Alasan Mengundurkan Diri

Dalam pernyataanya, Tatong menyebutkan jika pengunduran dirinya di NasDem adanya kepentingan keluarga dan pilihan politik. Jadi, surat diajukannya atas kesadaran diri dan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun.
Selain itu, Tatong juga menyampaikan rasa terima kasih atas kebersamaan selama berada di Partai Nasdem.
“Terima kasih atas kebersamaan dalam kerja politik selama ini dan juga permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika ada tindakan dan perkataan yang tidak berkenan selama saya menjadi anggota Partai NasDem,” tulis Tatong dalam suratnya.***

Baca Juga:  Vonis Ringan Anggota DPRD Sangihe Picu Kontroversi: Publik Pertanyakan Keadilan Penegakan Hukum

Latar Belakang Perjalanan Politik Tatong Bara

Tatong Bara dikenal sebagai sosok politisi perempuan yang cukup berpengaruh di Sulawesi Utara, khususnya di wilayah Bolaang Mongondow Raya. Ia pertama kali terjun ke dunia politik pada awal 2000-an dengan bergabung di Partai Amanat Nasional (PAN). Kiprahnya mulai mencuat ketika ia berhasil menduduki kursi DPRD Kotamobagu, kemudian melanjutkan karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Kotamobagu.
Pada tahun 2013, Tatong Bara terpilih sebagai Wali Kota Kotamobagu untuk pertama kalinya. Kemenangan tersebut tercatat sebagai sejarah baru karena ia menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan itu. Selama memimpin, Tatong menekankan pembangunan infrastruktur, pelayanan publik, dan peningkatan ekonomi masyarakat. Ia juga dikenal dekat dengan kelompok perempuan serta pelaku UMKM.
Keberhasilannya kembali terpilih pada periode kedua di tahun 2018 menunjukkan tingkat kepercayaan publik yang cukup tinggi. Selama dua periode kepemimpinannya, ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari dinamika politik lokal hingga kondisi sosial ekonomi masyarakat yang cukup kompleks.

Dinamika Politik Internal Partai NasDem

Partai NasDem sebagai salah satu partai besar di Indonesia kerap menghadapi dinamika internal. Kasus yang menimpa Felly Estelita Runtuwene dan keterlibatan Tatong Bara dalam proses pengaduan ke Mahkamah Partai memperlihatkan bahwa persaingan politik tidak hanya terjadi antarpartai, tetapi juga di dalam tubuh partai itu sendiri.
Bagi Tatong, keputusan untuk mengajukan surat pengunduran diri bisa saja dipengaruhi oleh pengalaman pahitnya dalam perebutan kursi DPR RI. Meski hanya terpaut selisih sekitar 1.500 suara dengan Felly, hasil itu sudah cukup memengaruhi arah karier politiknya. Ditambah lagi dengan keputusan Mahkamah Partai yang sempat membingungkan, membuat posisinya semakin sulit.
Di sisi lain, NasDem juga perlu menjaga stabilitas internal. Partai yang dipimpin Surya Paloh ini selalu mengedepankan semangat restorasi politik. Namun, konflik internal yang muncul justru menunjukkan adanya celah yang belum mampu dikelola secara maksimal oleh kepengurusan pusat maupun daerah.

Spekulasi Arah Politik Baru Tatong Bara

Setelah pengunduran dirinya, banyak pihak yang berspekulasi mengenai arah politik baru yang akan ditempuh Tatong Bara. Sebagai figur yang memiliki basis massa kuat di Bolaang Mongondow Raya, ia masih memiliki peluang besar untuk tetap eksis dalam kontestasi politik di Sulut. Beberapa kemungkinan yang mengemuka antara lain:
  • Bergabung dengan partai lain: Tatong memiliki rekam jejak dengan PAN sebelum ke NasDem. Tidak menutup kemungkinan ia akan kembali ke PAN atau bahkan merapat ke partai besar lain seperti Gerindra, Golkar, atau PDIP yang punya pengaruh kuat di Sulut.
  • Membangun jaringan politik independen: Dengan popularitas dan modal sosial yang ia miliki, Tatong bisa saja menempuh jalur independen pada pemilu atau pilkada mendatang.
  • Fokus pada peran sosial: Ada kemungkinan juga bahwa Tatong akan sementara fokus pada aktivitas sosial kemasyarakatan sebelum kembali ke arena politik.
Baca Juga:  Pindah Komisi VI DPR RI, Kerja-kerja CEP Kini Bersinggungan Ekonomi Nasional

Reaksi Publik dan Tokoh Politik Sulut

Pengunduran diri Tatong Bara memunculkan berbagai reaksi dari publik dan tokoh politik di Sulut. Sebagian menilai bahwa keputusan tersebut merupakan langkah berani untuk menjaga integritas pribadi. Ada juga yang menganggap bahwa pengunduran diri ini merupakan bagian dari strategi politik jangka panjang.
Tokoh-tokoh politik lokal menilai Tatong masih memiliki magnet elektoral yang kuat. Kehadiran namanya dalam daftar kandidat Pilgub Sulut sebelumnya menjadi bukti nyata bahwa ia diperhitungkan. Oleh karena itu, banyak yang berpendapat bahwa keputusannya keluar dari NasDem bukanlah akhir, melainkan awal dari babak baru perjalanan politiknya.

Tantangan Perempuan dalam Dunia Politik

Kisah Tatong Bara juga dapat dilihat dari perspektif yang lebih luas, yakni tentang tantangan perempuan dalam dunia politik Indonesia. Meski jumlah perempuan di parlemen dan jabatan publik semakin bertambah, masih banyak hambatan yang harus dihadapi. Perempuan kerap berhadapan dengan stereotip gender, minimnya dukungan struktural, serta kompetisi ketat dengan dominasi politikus laki-laki.
Namun, tokoh seperti Tatong menjadi representasi bahwa perempuan mampu menembus batas tersebut. Dua periode menjabat sebagai Wali Kota Kotamobagu adalah bukti nyata kemampuan kepemimpinan perempuan dalam membangun daerah.

Analisis: Dampak Mundurnya Tatong Bara bagi NasDem Sulut

Secara praktis, keluarnya Tatong dari NasDem tentu membawa dampak bagi partai tersebut, terutama di Bolaang Mongondow Raya. Basis massa yang selama ini setia kepada Tatong bisa saja ikut bergeser jika ia memilih partai baru. Hal ini berpotensi melemahkan struktur elektoral NasDem di daerah tersebut.
Bagi partai, kehilangan figur dengan pengaruh besar tentu merupakan kerugian. NasDem harus segera melakukan konsolidasi internal untuk memastikan tidak ada eksodus besar-besaran kader atau simpatisan. Sebaliknya, partai-partai lain bisa melihat ini sebagai peluang untuk memperkuat basis mereka dengan merangkul Tatong.

Kesimpulan

Pengunduran diri Tatong Bara dari Partai NasDem merupakan peristiwa politik yang cukup signifikan di Sulawesi Utara. Dinamika yang melibatkan persaingan internal dengan Felly Estelita Runtuwene, batalnya ia maju di Pilgub Sulut, hingga alasan pribadi yang ia sampaikan, semuanya menjadi potongan puzzle yang memperlihatkan betapa kompleksnya dunia politik lokal.
Dengan rekam jejak yang panjang, pengalaman kepemimpinan, serta basis dukungan yang masih kuat, Tatong Bara diperkirakan belum akan meninggalkan panggung politik. Justru, langkah ini bisa menjadi awal bagi strategi baru yang akan ditempuhnya di masa mendatang.
Baca Juga:  Datang di Sulut, Kejagung RI Tegaskan Komitmen Pengawasan Dana Desa