Di balik senyum polosnya, Dewi membawa harapan ribuan anak Indonesia yang bermimpi besar dari tempat kecil.
Suwon, SulutPlus.news — Di panggung internasional yang megah, di antara bendera-bendera negara besar, seorang anak perempuan dari desa kecil di Bolaang Mongondow Timur berdiri tegak.
Namanya Dewi Athena Tri Manjadda. Usianya baru 11 tahun. Tapi langkahnya sudah sejauh ribuan kilometer dari SDN 2 Buyat II ke Korea Selatan, membawa nama Indonesia dan mimpi anak-anak pelosok.
Dewi meraih medali emas dalam kategori Mechatronics I di ajang International Mathematical Science Creativity Competition (IMSCC) 2025.
Ia mengalahkan 25 peserta dari 13 negara, menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang berdiri di podium tertinggi.
“Waktu nama saya dipanggil, saya kira itu mimpi,” ucap Dewi dengan mata berkaca-kaca saat diwawancarai dari Suwon. “Saya ingat Mama bilang, kalau belajar sungguh-sungguh, Tuhan pasti buka jalan.”
Proyek yang ia presentasikan adalah alat bantu tunanetra berbasis sensor ultrasonik.
Sederhana, tapi penuh makna. Ia merancangnya sendiri, dibantu guru pembimbing dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boltim.
Ny. Rosita Manoppo Pobela, Ketua TP-PKK Boltim yang mendampingi langsung ke Korea, tak kuasa menahan air mata.
“Dewi bukan hanya anak kami, dia adalah harapan. Ia membuktikan bahwa anak dari desa terpencil bisa bersaing di panggung dunia,” ujarnya penuh haru.
Di kampung halamannya, SDN 2 Buyat II menggelar syukuran sederhana. Ibu Yuliana Mokodompit, kepala sekolah Dewi, mengenang perjuangan muridnya.
“Dewi sering datang pagi-pagi, buka laptop tua sekolah, belajar coding sendiri. Ia anak yang tak pernah mengeluh,” ucap Yuliana dengan bangga.
IMSCC sendiri merupakan ajang bergengsi yang menilai kreativitas dan inovasi siswa dalam bidang sains dan teknologi.
Tahun ini, fokusnya adalah solusi teknologi untuk kehidupan nyata. Dewi berhasil memukau juri dengan pendekatan sederhana namun berdampak. (*)













