Sulutplus.news – Psikiater asal Amerika Serikat, Dr. Rami Kaminski, memperkenalkan istilah “otrovert” sebagai tipe kepribadian baru yang tidak sepenuhnya cocok dengan label introvert maupun ekstrovert.
Konsep ini muncul dari pengamatan langsung terhadap pasien dan pengalaman pribadinya selama lebih dari 40 tahun praktik psikiatri.
Apa Itu Otrovert?
Otrovert adalah individu yang mampu bersosialisasi dan menjalin hubungan mendalam, namun tidak merasa terikat dengan identitas kelompok atau tradisi sosial tertentu.
Kaminski menyebut otrovert sebagai “pemikir bebas” yang cenderung menolak tekanan sosial untuk menyesuaikan diri secara kolektif.
Secara etimologis, istilah ini berasal dari kata “otro” (Spanyol: lain) dan “-vert” (Latin: berputar), menggambarkan arah emosional yang berbeda dari pola umum.
Siapa yang Termasuk Otrovert?
Kaminski mengidentifikasi ciri otrovert pada tokoh-tokoh sejarah seperti Albert Einstein, Frida Kahlo, Franz Kafka, dan Virginia Woolf.
Mereka dikenal sebagai sosok yang kreatif, mandiri, dan sering merasa “berada di pinggir” dalam interaksi sosial.
Kapan dan Di Mana Istilah Ini Diperkenalkan?
Istilah otrovert pertama kali diperkenalkan Kaminski melalui majalah sains New Scientist pada awal 2025.
Ia mengaku awalnya istilah ini muncul sebagai guyonan internal, namun berkembang menjadi hipotesis yang layak setelah observasi sistematis terhadap pasien.
Mengapa Otrovert Penting untuk Dipahami?
Menurut Kaminski, banyak orang yang tidak merasa cocok dengan label introvert atau ekstrovert.
Dengan adanya kategori otrovert, masyarakat dan praktisi kesehatan mental dapat lebih memahami keragaman orientasi emosional manusia.
Ini penting agar individu tidak dipaksa menyesuaikan diri dengan norma mayoritas yang bisa menimbulkan tekanan psikologis.
Bagaimana Otrovert Berinteraksi Secara Sosial?
Dalam situasi sosial seperti pesta, otrovert cenderung memilih percakapan mendalam dengan satu orang di sudut ruangan daripada berinteraksi dengan banyak orang secara dangkal.
Mereka tidak takut ditolak atau merasa perlu membuat kesan, karena tidak bergantung pada validasi sosial.
Psikolog Sulut, Dr. Rina Luntungan, menyebut konsep otrovert relevan bagi generasi muda di Sulawesi Utara yang semakin aktif di media sosial namun tetap merasa terasing.
“Banyak anak muda yang aktif di komunitas digital, tapi tidak merasa terhubung secara emosional. Mereka bisa jadi otrovert,” ujarnya saat diwawancarai di Manado, Sabtu, 20 September 2025.
“Kepribadian otrovert memberi ruang bagi individu yang tidak cocok dengan label lama. Ini bisa menjadi alat bantu diagnosis dan pendekatan terapi yang lebih personal,” ujar Kaminski dalam wawancara dengan New Scientist.