SulutPlus.News – Hampir setiap tahun, selalu ada Jemaah Haji Indonesia yang meninggal dunia saat menjalan ibadah haji di tanah suci Mekkah.
Bahkan dua tahun terakhir 2023-2024, Jemaah Haji Indonesia yang meninggal dunia mencapai 1.234 jiwa. Dengan penyebab kematiannya berbeda-beda.
Angka kematian ini pun langsung diseriusi Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan. Karena Indonesia salah satu negera yang angka kematiannya jemaah haji cukup tinggi.
“Menteri Haji Arab Saudi, yang juga mantan Menteri Kesehatan Saudi, beliau menghimbau agar kesehatan jemaah Indonesia ditingkatkan karena tingginya angka kematian bisa berdampak negatif pada penetapan syarat haji dan premi asuransi di tahun berikutnya,” kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dikutip dari laman Kemenang.go.id, Sabtu, 3 Mei 2025.
Tetapi kata Budi, jumlah kematian Jemaah Haji Indonesia pada tahun 2024 mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 773 jemaah yang wafat pada 2023, jumlah tersebut turun menjadi 461 orang pada 2024.
“2023 adalah puncak dari jumlah kematian jemaah Indonesia, yaitu sekitar 773 orang,” sebut Budi.
Menurutnya, penurunan angka kematian tersebut merupakan hasil dari berbagai langkah perbaikan yang dilakukan bersama Kementerian Agama, terutama dalam proses pemeriksaan kesehatan yang kini dilakukan lebih awal dan pendampingan yang lebih menyeluruh.
Ia menekankan bahwa salah satu penyebab utama kematian adalah pneumonia dan serangan jantung yang terlambat ditangani.
Karena itu, pemerintah meminta alokasi khusus di Masjidil Haram yang kini telah dilengkapi dengan alat-alat modern dan petugas yang bisa berbahasa Indonesia.
Tahun ini, pemerintah terus memperkuat sistem layanan kesehatan haji.
Salah satu langkah strategisnya adalah optimalisasi peran rumah sakit di Arab Saudi yang kini lebih mudah diakses oleh jemaah.
Dengan kemudahan ini, jemaah dapat memperoleh penanganan medis secara lebih cepat dan efisien, Pemerintah Saudi juga telah memberikan daftar organisasi dan perusahaan yang bertugas melayani kesehatan jemaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Kemenkes telah memilih satu grup layanan kesehatan yang siap menjadi mitra dalam penanganan darurat.
“Pemerintah Saudi sekarang sudah sadar bahwa banyak yang wafat karena proses rujukannya lama. Dengan sistem optimalisasi peran rumah sakit di Arab Saudi, kita harapkan pelayanan semakin cepat dan kematian jemaah bisa ditekan,” tutup Menkes
Kementerian Kesehatan sendiri telah menyiapkan 1.766 tenaga kesehatan, menyusun panduan klinis untuk kondisi gawat darurat, serta menyediakan fasilitas seperti Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), pos kesehatan di bandara, sektor kesehatan di Makkah dan Madinah, hingga armada ambulans. Tak hanya itu, distribusi vaksin meningitis dan polio, serta paket obat-obatan dan perbekalan kesehatan, telah dilakukan secara menyeluruh.
Pemeriksaan kesehatan jemaah juga diperketat, mencakup aspek kognitif, kesehatan mental, dan kemampuan aktivitas harian (ADL), terutama bagi jemaah lanjut usia dengan penyakit penyerta. Upaya ini merupakan bagian dari strategi menyeluruh pemerintah untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan jemaah haji Indonesia. (*)